Thursday, September 13, 2012

job vs vocation

Akhir-akhir ini di otak saya sedang semerawut tentang pekerjaan, sedang menilai hati dan diri sendiri sebenarnya apa yang saya mau. Terdengar gampang, tapi sulit dilakukan, padahal diri kita hanya kita (dan Allah) yang tahu pasti kan?

JOB versus Vocantion, apa itu?
Dari google translate:
Job artinya pekerjaan
Vocation artinya pekerjaan juga. Sama artinya hanya beda kata saja.

Tetapi ketika saya baca blog ini, ternyata ada makna lain dari 2 kata itu, arti dari job dan vocation itu bisa berbeda sangat jauuuh. Sama-sama kata yg menunjuk pada pekerjaan tapi memiliki makna yg bertentang.
Job: bekerja untuk mendapatkan imbalan
sedangkan,
Vocation: bekerja dengan kesungguhan hati, penuh dedikasi dan kecintaan

#berfikir
Pekerjaan yang saya lakukan skrg job atau vocation?

Sudah beberapa kali setiap bangun pagi dan bersiap buat pergi kerja, ada perasaan sedikit malas ga semangat. Awalnya saya pikir karena di kantor saya sedang diperbantukan untuk menjadi administrasi pembentukan universitas, bukan mengajar kimia. Tapi pada akhirnya saya bisa mengajar kimia pun kadang perasaan itu masih ada walaupun ga semales pas ngerjain admin.

Apakah saya bekerja hanya sekedar 'prestise' karena sebelum wisuda pekerjaan ini sudah ada di tangan dengan status sebagai asisten dosen?

Saya sudah bekerja disini hampir 8 bulan. Banyak pengalaman baru, teman baru, mahasiswa baru dan tentu saja kebangganggan baru karena dengan status ini saya bisa sedikit membantu orang tua saya minimal dengan tidak lagi merepotkan orang tua secara finansial walaupun belum bisa membantu banyak. Dan tentu saja dengan status 'asisten' dosen saya, terdengar lebih keren untuk dibanggakan daripada hanya sekedar guru kimia kan? :p

haaa
Apakah mengajar bukan passion saya? Lalu passion saya di bidang apa?

Perasaan ragu2 ini makin kuat setelah saya membaca buku 23 episentrum (Adenita, Grasindo, 2 buku-novel dan suplemen, Rp.70.000,00)


awalnya terlihat seperti novel biasa pada umumnya yg saya baca sekali lewat dan langsung lupa apa isinya tapi novel ini berbeda karena ada buku 'suplemen' yang berisi kisah nyata inspiratif anak muda yang meninggalkan kemapanan untuk bekerja sesuai passionnya (vocantion not only job)

Ada beberapa pesan terselubung dari novel ini yg seperti menampar saya (lebay :p). Bekerja dengan gaji besar tapi tanpa passion sehingga terpaksa
atau bekerja dengan passion dan semangat tinggi tapi penghasilan kecil (pada umumnya atau terlihat tidak mapan)


Sedikit kutipan dari buku 23 episentrum:

Rasanya hari hari terlalu berharga jika hanya diisi dengan keluhan atau merutuki nasib tentang pekerjaan. Pekerjaan yang sudah ditukar dengan separuh waktu yang dimiliki setiap orang dalam sehari adalah sesuatu yang harus disyukuri lebih daripada sekedar nilai rupiah atau satuan mata uang yang ada. Ketulusan dalam melakukan pekerjaan bukan hanya akan memberi efek kilau pada pekerjaan yang sedang dilakukan, tapi juga memberikan ruh agar ia bernyawa dan terlihat oleh dunia.
dan kalimat ini yang bikin tersentak:
Pada akhirnya orang orang yang punya komitmen, merasa cinta dengan apa yang dilakukan, dan selalu berangkat kerja dengan penuh semangat adalah orang orang yang sedang mebuat perubahan. Dengan energi yang dimiliki, mereka berbagi dan mendorong orang lain untuk merasakan hal yang sama, kebahagiaan—-dalam bentuk apa. Termasuk, meneruskan apa yang pernah didapatkan dalam hidup ini. Meneruskan kesempatan dan kepercayaan.
 apakah kita sudah jadi orang-orang itu? atau sedang dalam perjalanan menuju sana? atau malah masih mencari dan mencocokan hati kita?

No comments:

Post a Comment